Raja Astagena, Dipusaran Proyek Mubazir?

Natuna- (harianmetropolitan.co.id). Pasca terbitnya pemberitaan media Harian Metropolitan, edisi Kamis 6 September 2018, judul : “Gegara Aspirasi Dewan, Proyek Mubazir, Tetap Dilaksanakan?”, kini menemukan titik terang.

Tabir, siapa dalang dibalik proyek “mubazir” tersebut, kini terungkap. Adanya tudingan “kong-kalikong” dengan Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman Provinsi Kepulauan Riau, semakin ketara, saat pihak kontraktor Cv. Air Bunga, melakukan pekerjaan, “tidak sesuai spek” .

Hal ini di katakan tokoh masyarakat di sekitar lokasi proyek pembangunan batu miring Jln. Khatif Hasyim, RT-004/ RW-001, Kelurahan Ranai Darat.

Baca: http://harianmetropolitan.co.id/2018/09/05/gegara-aspirasi-dewan-proyek-mubazir-tetap-dilaksanakan/

Salah satu tokoh masyarakat setempat,  tak ingin di sebut jati dirinya, mengatakan, proyek senilai Rp170. 795.000 itu tidak jelas.

Ia menilai, peruntukan proyek tidak berdampak bagi masyarakat, alias mubazir.  Pasalnya,  pembangunan batu miring,  berada di daerah tanah datar.  “Kami butuh drainase atau semenisasi, bukan batu miring, ” katanya.

Anehnya, pria paruh baya itu melihat, digambar perencanaan, kedalaman pondasi 40 cm,  namun fakta lapangan,  pihak pekerja hanya menggali 10- 20 cm.

Ironisnya, meski sudah di tegur oleh masyarakat,  pihak kontraktor tidak menghiraukan, alias masa bodoh. Perilaku ini menunjukkan, bahwa pihak kontraktor “kebal hukum”.

Selain itu,  konsultan pengawas tidak pernah datang ke lokasi untuk mengawasi proyek, kemungkinan besar,  faktor inilah yang membuat kontraktor merasa di atas angin.

Kabarnya,  proyek pembangunan tersebut merupakan aspirasi Raja Astagena, seorang anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Kepulauan Riau.

Ironisnya, menurut pengakuan warga setempat, proyek tersebut, tidak pernah diusulkan dalam Musrenbangcam.

Kiprah Raja Astagena di kancah dunia perpolitikan terbilang beruntung, lantaran dilantik sebagai Pengganti Antar Waktu (PAW) dari Partai Golkar, mengantikan Alm. Sofyan Syamsir.

Sayangnya, keberuntungan itu, tidak di barengi dengan kualitas kerja yang baik pula. Sebagai anggota DPRD Provinsi Kepri, seharusnya Ia melakukan kontrol terhadap sejumlah pembangunan di wilayah Kepri, khususnya Natuna, sebagai dapil pemilihannya.

Namun, tindakan terpuji itu, bak panggang jauh dari api. Proyek aspirasi Raja Astagena kini hanya “hasrat”  pemuas oknum kontraktor belaka. “Berkedok” aspirasi, uang rakyak di “gerogoti”.

Baca Juga :  Pasca Disorot, Kontraktor Pasang Plang Proyek RPS SMKN 2 Bunguran Timur

Hal ini terbukti, ketika pihak serah terima pertama pekerjaan/provisinal hand over ( PHO ) dari Provinsi Kepulauan Riau turun ke lokasi meninjau proyek tersebut.

Petugas dari provinsi tersebut sangat terheran- heran melihat pembangunan batu miring di Jln. Khatif Hasyim Ranai Darat. Namun apalah daya, jika sudah berbicara aspirasi, Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukinan Provinsi Kepulauan Riau, “acuh tak acuh”.

Menanggapi hal di atas, anggota komisi II DPRD Natuna, Marzuki, angkat bicara. Saat di konfirmasi beberapa waktu lalu, ia menerangkan, jika proyek aspirasi, harus merupakan usulan dari tingkat RT-RW-Kelurahan/Desa. Jika melenceng dari alur tersebut, tidak akan bisa masuk dalam Musrenbang.

Salutnya, Marzuki dan rekan-rekan di komisi II DPRD Natuna, sudah melakukan koordinasi dengan dinas Perkim Provinsi Kepri, terkait sejumlah proyek dari provinsi. Namun, pihak Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukinan Provinsi Kepri, tidak melakukan hal serupa.

Ia meminta, agar pihak provinsi dapat menjalin koordinasi yang baik dengan pemerintah kabupaten/kota, sehingga anggota DPRD di daerah, khususnya Natuna, dapat mengawasi. “Kami malu, jika ada masyarakat lapor, tapi kami tidak tau masalahnya. Contoh, proyek yang lagi heboh saat ini di bicarakan, yaitu proyek pembangunan batu miring di RT-004/RW- 001, Ranai Darat,”katanya.

Sementara itu,  Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman Provinsi Kepulauan Riau, belum bisa di konfirmasi terkait hal ini. Perilaku serupa juga terjadi,  saat media ini mencoba mengkonfirmasi Raja Astagena, Politisi Partai Golkar tersebut.

Kabarnya, Raja Astagena dikenal dekat dengan sejumlah oknum aparat hukum, kemungkinan besar, faktor ini lah yang membuat dirinya merasa di atas angin. Begitu pula dengan pihak kontraktor,  yang sangat sulit di temui di lokasi proyek.

Penulis: Salohot
Editor : Redaksi

Bagikan

Recommended For You

About the Author: Redaksi Harian Metropolitan