
(Warung makan Muzdalifah sepi. Pelayan duduk termenung menunggu pembeli yang tidak kunjung datang. foto-Herry)
NATUNA, harianmetropolitan.co.id– Rumah makan lamongan Muzdalifah, yang terletak di Jl. Wan Mohd Benteng, pusat Kota Ranai, terlihat sepi, sejak masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berlaku di Kabupaten Natuna, Sabtu 24 Juli 2021 pagi.
Warung makan favorit masyarakat Natuna itu, hanya bisa buka hingga pukul 20:00 wib, padahal biasanya hingga subuh. Alhasil, omsetnya terjun bebas.
Saat diwawancarai wartawan harianmetropolitan, Sabtu 24 Juli 2021 pagi, Muzdalifah, merasa kecewa dengan aturan yang dibuat oleh pemerintah. Sebab, aturan tersebut tidak pro dengan pedagang, yang menggantungkan hidupnya dari berdagang.
Muzdalifah pernah melanggar aturan PPKM karena melayani pembeli. Tapi, Pemerintah Daerah Kabupaten Natuna, memberikan surat teguran padanya.
Tidak ingin masalah berlarut-larut, Muzdalifah akhirnya mengikuti aturan pemerintah meski dalam keadaan terpaksa. Bisanya, omset penjualannya bisa mencapai Rp9 juta sampai Rp10 juta per hari, tergantung kondisi, tapi kini sudah kuat Rp3 juta sampai Rp4 juta.
“Kami buka hampir 24 jam, mulai dari pagi sampai jam 3 subuh, dan menghabiskan ratusan potong daging ayam, ikan dan bebek,” ucapnya.
Dengan penghasilan seperti itu, Muzdalifah bisa bertahan hidup ditengah tingginya biaya hidup di Kabupaten Natuna. Ia berharap, masa PPKM di Natuna segera berakhir agar dirinya dapat kembali berjualan seperti biasa. Sebab, sejak masa PPKM, beberapa karyawan telah dirumahkan.
Selain Muzdalifah, beberapa warung makan lainnya juga mengalami hal serupa, seperti warung makan Cita Rasa, yang terletak di Jl. Air Lakon, Kelurahan Ranai Kota. Bahkan, pedagang kaki lima (PKL) di Pantai Piwang dan pengusaha minimarket juga terdampak PPKM. (*Herry)