Hutan “Perawan”, Surga Bagi Pencari Madu

(Kegembiraan Muhammad Yusuf, ketika berhasil mendapatkan sarang lebah di tengah hutan daerah Setengar. foto-Yusuf)

NATUNA, harianmetropolitan.co.id– Muhammad Yusuf, warga Desa Sungai Ulu, sehari-hari berprofesi sebagai staf di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 2 Bunguran Timur. Setiap hari Sabtu dan Minggu, biasanya Yusuf pergi mencari madu, sebagai biaya tambahan untuk membantu orang tua.

Dimasa pandemi Covid-19, ia punya banyak waktu untuk mencari madu karena proses belajar mengajar di sekolah ditiadakan oleh pemerintah guna mencegah penyebaran Covid-19.

Ketika wartawan harianmetropolitan hendak membeli madu di rumahnya, di Desa Sungai Ulu, Rabu 28 Juli 2021 pagi, Yusuf sedang membersihkan madu yang ia dapat kemarin, untuk dijual.

“Madu ini belum bersih, sebab ada anak lebah ikut tercampur, sehingga harus di saring dulu dan dimasukkan dalam botol sirup yang telah dibersihkan,” katanya.

Sekali mencari madu, Yusuf dapat menghasilkan 5 hingga 7 botol sirup ABC, tergantung besarnya sarang lebah. Satu botol madu dihargai Rp120,000 hingga Rp170,000. Jika madu langka, maka bisa tembus diharga Rp180,000.

Baca Juga :  Isu Perolehan Suara Tak Resmi Resahkan Kandidat, Ini Tanggapan KPUD Natuna !

Yusuf biasanya pergi mencari madu ke pedalaman hutan daerah Setengar. Hutan di daerah ini masih “perawan” sehingga tidak sulit mencari madu disana.

Namun, ia tidak pernah sendiri. Ia didampingi rekannya, seorang RT di Air Kijang, Desa Sungai Ulu, bernama Rusli. Ia membutuhkan teman, karena mencari madu di hutan memiliki risiko, seperti bertemu ular, kalajengking, dan lipan, bahaya lainnya adalah terjatuh dari pohon. “Setidaknya, jika terjadi apa-apa ada teman yang melihat dan membantu,” katanya.

Yusuf bersyukur, mencari madu di Natuna tidak begitu sulit. Biasanya madu langka, karena tidak musimnya. Kualitas madu di Natuna juga sangat baik, sebab hutannya masih lestari. Ini lah yang mendorong Yusuf untuk terus menjaga kelestarian lingkungan hutan. Ia berharap, semua pihak dapat menjaga hutan, karena banyak pencari madu menggantungkan hidupnya disana.

Jika penebangan pohon di hutan marak, maka beberapa puluh tahun kedepan, madu akan sulit dicari karena lebah kehilangan habitatnya. (*Herry)

Bagikan

Recommended For You

About the Author: Redaksi Harian Metropolitan