
NATUNA, harianmetropolitan.co.id – Ahli Budaya Pusat Riset Geopark Universitas Padjajaran, Febby Ferdian Djuarsa, menilai kebudayaan di Kabupaten Natuna yang kental pengaruh Islam dan Melayu sangat menarik. Febby yang melakukan penelitian terhadap Budaya (Culturdiversity) dalam konteks Geopark ini, juga menemui beragam kuliner khas Natuna yang berbahan dasar sagu. Bahkan hasil penelitiannya, sagu berperan penting bagi penduduk tempatan Natuna, jauh sebelum adanya beras atau nasi.
“Disini banyak sekali makanan kuliner tradisional, tapi apakah orang bisa menjelaskan kenapa kulinernya seperti ini? ternyata sagu berperan penting disini, karena secara alam dan geologinya beras tidak berkembang bagus budidayanya. Kami coba keliling, sawah hanya ada di daerah trans,” ungkapnya.
Febby pun menceritakan perjalanannya ke rawa sagu untuk melihat langsung satu keluarga mengolah sagu hingga diproses jadi makanan. “Yang seperti inilah seharusnya dikembangkan dalam geopark, menjelaskan prosesnya. Yang anak-anak jaman sekarang kurang itu kan proses, nah ini yang mau kita perlihatkan dalam konsep biologi dan cultural. Cerita ini juga yang kita jual dalam konteks pariwisata,” terang Febby.
Georpark menurut Febby, merupakan konsep manajemen pengembangan kawasan yang berpilar pada aspek konservasi, edukasi, dan penumbuhan nilai ekonomi lokal. “Contoh, di Mekar Jaya semua ada, bagaimana orang masak kepiting dan menangkap kepiting di alam, nah itu yang kami kerjakan, meneliti itu semua. Kita mencoba bekerja untuk menemukan yang holistic, yang semuanya saling terkait. Dari budaya sudah bagus, tapi tugas kita bersama mengedukasi masyarakat, sudah saatnya kita mengemas itu semua,” imbuhnya. (*Rian)