COVID-19
Sejak bulan Maret 2020 WHO telah menetapkan sebagai pandemi dan Indonesia menetapkan sebagai Bencana Nasional yang perlu penanganan secara komprehensif. COVID-19, sangat mudah menular dari manusia yang sakit ke manusia sehat, sehingga jumlah kasus positif setiap hari terus mengalami peningkatan. Saat ini, kasus positif COVID-19 sudah ada semua provinsi di Indonesia (34 provinsi). Pandemi COVID-19 berdampak pada berbagai permasalahan yaitu status kesehatan masyarakat, ekonomi, pendidikan, kondisi sosial-budaya masyarakat termasuk adanya stigma tentang COVID-19 yang menimbulkan diskriminasi, gangguan keamanan, dll
Coronavirus Disease-2019 (Covid-19) adalah penyakit yang disebabkan oleh Coronavirus jenis baru dengan gejala letih, lesu gangguan (sesak) pernapasan, sakit tenggorokan, batuk, pilek dan demam.
PENULARAN
- Droplets atau tetesan cairan yang berasal dari batuk dan bersin
- Kontak pribadi seperti menyentuh dan berjabat tangan
- Menyentuh benda atau permukaan dengan virus di atasnya, kemudian menyentuh mulut, hidung, atau mata sebelum mencuci tangan
Waspadai Penularan dari Pasien Covid-19 yang Tak Bergejala
Covid-19 masih memberikan dampak nyata bagi masyarakat Indonesia dan dunia. Dengan kenyataan bahwa angka keterpaparan yang terus meningkat ditambah dengan adanya varian baru Covid-19, diharapkan dapat terus menyadarkan masyarakat untuk tetap teguh dalam menjalankan protokol kesehatan selama berada di ruang publik maupun di rumah, baik untuk diri sendiri, maupun untuk keluarga.
Dalam dunia kedokteran terdapat istilah asimtomatik. Istilah ini digunakan oleh para tenaga medis untuk para pasien yang mengalami suatu penyakit, namun pasien tersebut tidak mengetahui atau tidak merasakan adanya sebuah gejala dari suatu penyakit yang sedang menyerang dirinya. Asimtomatik ini tidak akan terdeteksi sampai pasien memeriksakan dirinya ke dokter dengan menggunakan teknologi atau tes, seperti Sinar X dan yang lainnya. Secara umum hal ini dirasakan oleh pasien dengan penyakit kanker, namun sayangnya hal ini juga dirasakan oleh pasien Covid-19.
Menurut penelitian, dari 3 pasien yang dinyatakan terpapar Covid-19, satu diantaranya mengalami tidak adanya gejala dalam tubuh (asimtomatik). Pasien yang tidak mengalami gejala sama sekali ini, masih bisa menularkan Covid-19 sama seperti pasien lainnya. Untuk itu, sangat penting tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan, yaitu menggunakan masker yang baik dan benar, menjaga jarak ketika berada di luar ruangan dan ketika tinggal bersama pasien Covid-19 yang sedang melakukan isolasi mandiri, mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas.
Dengan memahami hal tersebut, diharapkan masyarakat bisa lebih berhati-hati dan tetap memperkuat dan disiplin protokol kesehatan selama berada di luar maupun di dalam rumah.
Lindungi Anak dan Remaja Kita dari Varian Baru Covid-19
Kasus positif Covid-19 di Indonesia pada kelompok usia anak kian menanjak mencapai sekitar 11-12 persen. Kasus Covid-19 pada anak di Indonesia merupakan kasus yang tertinggi di dunia. Hal ini perlu mendapat perhatian sangat serius dari para orang tua, tenaga pendidik, juga kalangan remaja, dan pihak-pihak yang bersangkutan lainnya.
Menurut Ketua Umum IDAI Prof. Dr. Aman B. Pulungan, angka 11-12 persenartinya seharusnya ada sekitar 210.000-230.000 kasus Covid-19 pada anak. Namun, dari data yang dikumpulkan oleh seluruh ketua cabang IDAI di Indonesia per minggunya, yang dilaporkan oleh dokter anak yang merawat dan mencari datanya, tercatat hanya ada 113.000 kasus Covid-19 pada anak di Tanah Air. “Jadi berarti, ada 100.000-an (kasus Covid-19 anak) yang tidak terlapor,” kata dia. Data real Covid-19 pada anak masih sulit disebabkan oleh jumlah testing yang sangat sedikit akibat ketakutan anak atau orang tua untuk anaknya dites. Prof. Dr. Aman menegaskan, jika data real kasus Covid-19 pada anak belum ada atau belum jelas, sebetulnya sekolah belum bisa dibuka/ tatap muka.
Berdasarkan laporan Satgas Penanganan Covid-19 “Update Data Nasional dan Analisis Kasus Covid-19 pada Anak-anak” per 24 Juni 2020 menyatakan bahwa 250 ribu kasus (12.6 %) berasal dari kelompok usia anak. Proporsi terbesar berada pada kelompok usia 7-12 tahun (28,02%), diikuti oleh kelompok usia 16-18 tahun (25,23%) dan 13-15 tahun (19,92%).
Namun, berdasarkan persentase angka kematian, yang tertinggi justru berada pada kelompok umur 0-2 tahun (0,81%), diikuti oleh kelompok usia 16-18 tahun (0,22%) dan 3-6 tahun (0,19%).
Menurut data UNICEF dan IDAI, jumlah kematian pada anak balita menurun hingga tahun 2019. Namun, memasuki masa pandemi Covid-19, data real IDAI menunjukkanadanya peningkatan kematian pada anak sekitar 50 persen.
Data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) juga menunjukkan kelompok usia anak menjadi rentan terhadap penularan Covid-19. Ketua Umum IDAI menyatakan, sebanyak 1 dari 8 kasus Covid-19 adalah anak-anak. Dari jumlah kasus itu, sebanyak 3-5 persen di antaranya meninggal dunia, dan separuhnya adalah balita.
Sejumlah penelitian menyebutkan, varian-varian baru virus Covid-19 memiliki daya penularan lebih tinggi dibanding virus Covid-19 awal. Dari empat varian baru yang berkembang, varian Delta asal India dinyatakan sebagai paling berbahaya, dengan daya tular 97 persen lebih tinggi. Diikuti oleh varian Gamma (Brasil) 38 persen, Alpha (Inggris) 29 persen, dan Beta (Afrika Selatan) 25 persen.
Oleh karena itu, potensi penularan masif pada kelompok usia anak perlu sangat diwaspadai dan dilakukan upaya pencegahan secara lebih ketat. Anak-anak dihimbau untuk tetap beraktivitas di rumah saja, hanya keluar rumah jika ada hal yang penting atau darurat dengan tetap memakai masker, menjaga jarak minimal 1 meter, dan mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir minimal 20 detik.
Mari Lindungi Anak dan Remaja Kita dari Penularan Covid-19, Sekarang Juga.
Waspada 3 Varian Baru Covid-19 di Indonesia
Sejak ditetapkannya Covid-19 sebagai pandemi atau penyebaran wabah tertinggi oleh WHO, beberapa negara mulai menemukan varian baru dari virus ini. Saat ini telah ditemukan 3 varian baru dari Covid-19. Tiga varian tersebut adalah varian B.1.1.7, varian B.1.3.5.1 dan varian B.1.6.1.7.
Ketiga varian tersebut juga sudah ditemukan di Indonesia dan sangat berbahaya karena dapat menular lebih cepat daripada varian sebelumnya. Hal ini terlihat dari beberapa negara yang telah mengkonfirmasi kenaikan kasus seiring ditemukannya varian baru ini di negaranya.
Tetap waspada akan penyebarannya, berikut penjelasan mengenai tiga varian baru virus Covid-19.
- Varian B.1.1.7
Varian B.1.1.7 atau dikenal dengan varian Inggris pertama kali ditemukan di Inggris. Hingga saat ini varian B.1.1.7 memiliki tingkat penularan yang cukup tinggi, yaitu sebesar 36% – 75%. Berdasarkan data WHO varian ini merupakan varian yang paling sering dilaporkan dan sirkulasinya mulai meningkat di Asia Tenggara sejak 21 Februari 2021.
Di Indonesia, sudah ada 13 kasus transmisi lokal sejak periode Februari – April 2021. Varian B.1.1.7 rata-rata ditemukan di Indonesia pada pengujian genome sequencing.
- Varian B.1.6.1.7
Varian yang lebih dikenal dengan varian India ini sudah bersirkulasi di beberapa negara Asia Tenggara seperti Malaysia, Singapura, dan Indonesia. Setiap harinya kasus varian ini terus meningkat. Peningkatan kasus di Malaysia per 2 Mei 2021 sudah mencapai 30 ribu orang yang terkena varian baru ini.
Sementara itu, penemuan varian B.1.6.1.7 pertama kali di Indonesia terjadi di Jakarta pada tanggal 3 April 2021.
- Varian B.1.3.5.1
Varian B.1.3.5.1 atau lebih dikenal dengan varian Afrika Selatan, sesuai namanya varian ini berasal dari negara Afrika Selatan. Kasus B.1.3.5.1 pertama kali ditemukan di Bali pada Januari 2021. Pasien positif varian ini juga sudah meninggal pada 16 Februari 2021.
Penularan varian baru virus covid-19 yang cepat membuat masyarakat harus meningkatkan kembali kewaspadaan terhadap penularannya. Oleh karena itu, masyarakat diharapkan tidak lengah dalam menerapkan protokol kesehatan meskipun telah divaksinasi. Bagi masyarakat yang belum divaksinasi, dapat mencari informasi dan mendapatkannya di sentra vaksinasi, puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan terdekat. Masyarakat dihimbau untuk tetap memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir selama 20 detik, menjaga jarak, membatasi mobilitas, dan menghindari kerumunan agar Indonesia lekas pulih dan diri, keluarga, dan orang sekitar aman dari penularan Covid-19.
Tetap Sehatkan Lansia di Masa Pandemi Covid-19
Masyarakat di seluruh dunia telah menjalani kehidupan yang beradaptasi dengan kondisi pandemi Covid-19 selama lebih dari setahun. Berbagai masalah yang menjadi tantangan muncul silih berganti, baik internal dan eksternal. Masalah internal diantaranya, seperti pengetahuan masyarakat terkait Covid-19, sikap masyarakat terhadap Covid-19 dan Vaksinasi Covid-19, serta perilaku pencarian pelayanan kesehatan terkait Covid-19 (termasuk pencarian pelayanan vaksin dan perawatan akibat Covid-19).
Menurut data update Kementerian Kesehatan, hingga tanggal 22 Juni 2021, terdapat 2.053.995 kasus konfirmasi Covid-19, 171.542 (8.4 %) kasus aktif, 1.826.504 (88.9 %) kasus sembuh, 55.949 (2.79 %) kasus meninggal. Adapun masyarakat yang sudah divaksinasi pertama sebanyak 24.929.442 orang, dan vaksinasi kedua sebanyak 12.769.789 orang.
Kelompok lansia (> 60 %) masih merupakan kelompok penyumbang kematian terbanyak akibat Covid-19 (50%) walaupun hanya 11.3 % dari seluruh kasus positif yang ada. Rasio fatalitas kasus kelompok lansia juga tertinggi (12 %) dibandingkan kelompok umur lainnya, bahkan 4 kali lipat dari angka nasional. Menurut analissi kematian berdasarkan usia dan riwayat komorbid, lansia memiliki risiko 19.5 kali lipat lebih tinggi disbanding kelompok umur lainnya.
Jumlah komorbid juga meningkatkan risiko kematian, dimana orang dengan 1 komorbid memiliki risiko 6.5 kali lipat dari orang non komorbid, 2 komorbid berisiko 15 kali lipat, dan >3 komorbid berisiko 29 kali lipat. Jenis komorbid yang paling memiliki risiko kematian, yaitu penyakit ginjal (13.7 kali lipat), penyakit jantung (9 kali lipat) diabetes (8.3 kali lipat), serta hipertensi dan penyakit imun (6 kali lipat). Data terbaru juga menunjukkan adanya varian baru Covid-19 yang perlu semakin diwaspadai, seperti B.1.1.7, B.1.351, dan B.1.617.2.
Lansia memiliki peningkatan kondisi kerentanan (frailty) secara klinis, dimana terjadi ketergantungan dan/atau kematian ketika terpapar terhadap stressor. Lansia yang renta/frail mudah mengalami sakit hanya dengan stresor yang ringan, dimana sakitnya dapat menjadi berat dan dirawat, serta berisiko meninggal. Adapun kerentaan/frailty merupakan suatu proses yang sejalan dengan menurunnya kapasitas fungsi tubuh pada proses penuaan.
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa upaya penanganan Covid-19 sangat diperlukan bagi lansia agar terhindar dari risiko tertular dan bahkan ancaman terhadap jiwanya. Strategi pemerintah untuk terus meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menerapkan protokol kesehatan, penerimaan vaksinasi, serta menggencarkan 3T terus dilakukan dengan harapan masyarakat hidup sehat dan terhindar dari ancaman Covid-19.
Adapun upaya percepatan program Vaksinasi Covid-19 bagi lansia di Indonesia dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut.
- Mengalokasikan vaksin dan memprioritaskan vaksinasi lansia di semua tempat.
- Memberikan informasi tentang Vaksinasi Covid-19 kepada lansia dan keluarga
- Melayani seluruh lansia di mana pun tanpa dibatasi alamat KTP maupun domisili lansia.
- Mengendalikan laju vaksinasi petugas publik, mengingat hampir di semua daerah laju vaksinasi petugas publik jauh lebih tinggi dari lansia.
- Mengingat keterbatasan suplai vaksin, prioritas vaksinasi diberikan kepada kelompok yang risiko fatalitasnya paling tinggi, yaitu lansia. Hal ini pentinguntuk menekan angka hospitalisasi dan mencegah kematian.
- Strategi mobilisasi lansia dapat dilakukan melalui kerja sama dengan komunitas, organisasi lokal, dan pihak swasta untuk mendaftarkan dan mengatur transportasi antar jemput lansia ke tempat pelayananvaksinasi.
- Mempercepat program vaksinasi lansia dengan mekanisme 1:2, yaitu:1 orang non-lansia dapat divaksin jika membawa ≥ 2 orang lansia untuk divaksinasi.
- Alur vaksinasi sudah dipermudah dari 4 meja menjadi 2 meja.
- Pelaksanaan Gebyar Vaksinasi Lansia dan perluasan vaksinasi sampai dengan usia 50 tahun
Masyarakat masih harus terus waspada dan jangan lengah di masa pandemi ini. Beberapa hal yang seyogyanya dapat diinformasikan kepada lansia di sekitar kita untuk menjaga kesehatan fisik, mental, sosial, dan spiritualnya, yaitu dengan beberapa hal berikut.
- Tetap tinggal di rumah/panti wreda/senior living dan melakukan kegiatan rutin sehari-hari.
- Menjaga jarak (1 meter atau lebih) dengan orang lain, hindari bersentuhan, bersalaman, atau bercium pipi, serta jauhi orang sakit.
- Menjaga kebersihan tangan dengan cara sering cuci tangan dengan sabun atau dengan hand sanitizer, serta hindari menyentuh mata, hidung dan mulut.
- Lansia maupun pendamping selalu memakai masker dengan benar (menutup rapat mulut dan hidung).
- Bila batuk atau bersin, tutup hidung dan mulut dengan masker, lengan atas bagian dalam atau tisu.
- Istirahat dan tidur yang cukup, minimal 6-8 jam sehari atau lebih.
- Menjaga lingkungan tempat tinggal agar sirkulasi udara baik dan terpapar sinar matahari.
- Makan makanan dengan gizi seimbang (cukup karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral). Selain itu minum yang cukup, dan bila diperlukan minum multi vitamin serta hindari dan hentikan merokok.
- Melakukan aktivitas fisik yang cukup di rumah, seperti olahraga ringan didalam rumah menggunakan video tutorial, mengurus tanaman disekitar rumah sambil berjemur di pagi hari, membuat kreativitas tangan untuk melatih motorik, membaca buku dan mengisi teka teki silang untuk mencegah penurunan kognisi, beribadah, memasak makanan yang disukai atau aktivitas lain yang menyenangkan.
- Jauhi keramaian, perkumpulan dan kegiatan sosial, seperti arisan, reuni, rekreasi, pergi berbelanja dan lain-lain. Kegiatan tersebut dapat dilakukan secara virtual/online.
- Menjaga kesehatan jiwa dan psikososial lansia dengan cara menghindari berita/informasi yang memancing rasa khawatir berlebihan, dan lebih banyak mengakses berita/informasi positif yang memberi sugesti dan keyakinan baik serta membangkitkan optimisme. Selain itu, tetap menjalin komunikasi dan silaturahmi dengan anak, cucu dan kerabat lain maupun teman melalui komunikasi jarak jauh, atau mengatur jadwal kunjungan dengan tetap memperhatikan protokol pencegahan penularan.
- Lansia yang mempunyai penyakit kronis (seperti hipertensi, diabetes ataupenyakit menahun lainya) dapat melakukan pemantauan kesehatan mandiri di rumah menggunakan alat kesehatan sederhana, seperti alat tensimeter digital, thermometer digital, alat cek darah sederhana. Selain itu pastikan obat-obatan rutin yang harus diminum setiap hari dalam jangka waktu lama tetap cukup persediaannya di rumah.
Mari tetap ingat bahwa pandemi ini belum selesai. Perkembangan penyakit ini sangat dinamis,seperti mutasi virus, long Covid, positifpersisten, reinfeksi, perkembangan vaksin. Begitu pula dengan pengobatan yang masih bersifat empiris, karena belum ada obat yang definitif atau sudah pasti. Masyarakat tetap dihimbau untuk terapkan upaya pencegahan sebagai hal yang utama dengan 3M dan 3T, dimana vaksinasi menjadi salah satu unsur penting dalam pencegahan.
Yang Perlu Diketahui Sebelum Melakukan Perjalanan Agar Terhindar dari Virus Covid-19
Pandemi Covid-19 yang belum berakhir ini membuat kita harus meninggalkan kebiasaan lama dan beradaptasi kebiasaan baru, karena tanpa sadar selama ini penyebaran kuman dan virus secara nyata terjadi dimanapun kita berada.
Untuk itu, kita sebagai masyarakat dianjurkan untuk tetap di rumah, mengurangi mobilitas dan menghindari keramaian. Apabila terpaksa harus bepergian atau melakukan perjalanan, kita harus memperhatikan protokol kesehatan. Selain itu, ada pula yang harus diperhatikan sebelum melakukan perjalanan supaya meminimalisir terpapar virus Covid-19, seperti hal-hal berikut ini.
- Menerapkan 3M, menggunakan masker, mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir minimal 20 detik, dan menjaga jarak minimal 1 meter.
- Beristirahat dengan cukup agar tubuh bugar
- Menghindari kontak fisik dan usahakan tidak saling berjabat tangan
- Selalu membawa hand sanitizer
- Tidak lupa membawa masker cadangan.
- Memakai baju lengan panjang atau jaket agar terhindar dari percikan.
- Melakukan pemesanan atau pembelian tiket secara online
- Memilih waktu perjalanan yang tidak padat
- Membawa surat keterangan bebas Covid-19.
- Apabila kondisi tidak fit/sehat, jangan ke luar rumah atau tunda melakukan perjalanan
- Lapor kepada ketua RT/RW/kepala desa dan petugas puskesmas apabila telah melakukan perjalanan dari zona merah.
Selama perjalanan penting untuk selalu menerapkan protokol kesehatan agar terhindar dari penularan Covid-19.
Bagi masyarakat yang tetap tinggal di rumah atau tidak melakukan perjalanan tetap disiplin protokol kesehatan sebagai upaya pencegahan diri dan keluarga dari Covid-19.
Masyarakat Indonesia Sambut Baik Vaksinasi Covid-19
Vaksinasi Covid-19 merupakan salah satu upaya pemerintah Indonesia dalam menangani masalah Covid-19. Vaksinasi Covid-19 bertujuan untuk menciptakan kekebalan kelompok (herd immunity) agar masyarakat menjadi lebih produktif dalam menjalankan aktivitas kesehariannya.
Kegiatan Vaksinasi Covid-19 di Indonesia saat ini sudah memasuki tahap kedua. Selain lansia, vaksinasi tahap kedua diperuntukkan bagi kelompok masyarakat yang memiliki mobilitas tinggi sehingga berpotensi terpapar Covid-19 sangat tinggi atau disebut dengan pekerja publik.
Masyarakat Indonesia sangat menyambut baik adanya Vaksinasi Covid-19 ini. Hal ini berdasarkan hasil penelitian perusahaan peneliti pasar global atau global market research (Ipsos) tentang perilaku masyarakat selama pandemi Covid-19 gelombang ketiga. Survey tersebut menyatakan bahwa 80% masyarakat Indonesia menyambut baik dan bersemangat untuk menerima vaksin.
Penelitian ini dilakukan secara daring/online sejak tanggal 4-15 Februari 2021 yang dilaksanakan di 6 negara, diantaranya Thailand, Filipina, Singapura, Malaysia, Vietnam, dan Indonesia.
Hasil survei tersebut juga menunjukan bahwa program kampanye yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengedukasi, mengimbau, dan mengajak masyarakat agar turut andil dalam Vaksinasi Covid-19 dinyatakan cukup berhasil.
Dukung terus Vaksinasi Covid-19 karena vaksin yang digunakan terjamin aman, dan berkualitas. Selain itu, tetap disiplin 3M, menggunakan masker, mencuci tangan pakai sabun dengan air bersih mengalir selama 20 detik, menjaga jarak minimal 1 meter, menghindari kerumunan dan membatasi mobilitas agar Indonesia segera pulih dan bangkit dari pandemi. (*)