
harianmetropolitan.co.id – Hari Guru Nasional yang diperingati sebagai bagian dari Bulan Guru Nasional di Indonesia memberikan kesempatan untuk merenungkan dampak sosiologis dan budaya guru yang mendalam. Selain peran mereka sebagai pendidik, guru adalah tokoh berpengaruh yang membentuk nilai, karakter, dan lintasan masa depan siswa sebagai masa depan bangsa. Peran ganda ini baik sebagai penyedia pengetahuan maupun pembimbing moral sejalan dengan filosofi Ki Hadjar Dewantara yang memperjuangkan gagasan pendidikan sebagai sarana memanusiakan individu dan menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial yang mendalam.
Perayaan Hari Guru Nasional menjadi momen untuk pengakuan atas kontribusi profesi pengabdian guru bagi masyarakat. Acara-acara seperti kampanye “Hari Guru di Sekolahku” dan inisiatif akar rumput masyarakat lainnya menumbuhkan rasa kebersamaan dan penghargaan kolektif bagi para guru. Kegiatan-kegiatan ini juga menyoroti makna budaya yang lebih luas dari guru sebagai agen perubahan yang menjembatani generasi dan menginspirasi kohesi sosial.
Selain itu, guru juga berfungsi sebagai pengingat akan kekuatan transformatif pendidikan dalam membentuk masa depan suatu bangsa dengan menegaskan bahwa guru tidak hanya sebagai pendidik tetapi juga panutan dalam perilaku etis dan kewarganegaraan karena akan membentuk karakter kolektif dari siswa sejak dini.
Di seluruh dunia, peran guru sering dirayakan dengan semangat yang sama. Di Jepang, penghormatan terhadap pendidik tertanam kuat dalam budaya, di mana istilah “Sensei” menunjukkan rasa hormat yang tinggi. Sikap budaya ini mengangkat profesi guru dan menggarisbawahi pentingnya profesi ini dalam membentuk identitas nasional.
Upaya Indonesia untuk menumbuhkan budaya rasa hormat dan kekaguman yang sama terhadap guru baik melalui kebijakan maupun kampanye public sangat penting untuk mempertahankan prestise dan daya tarik profesi tersebut. Dengan memperkuat pengakuan ini Indonesia tidak hanya menghormati gurunya tetapi juga memberdayakan mereka untuk menginspirasi dan memimpin generasi mendatang secara efektif.
Seiring dengan kontinuitas dirayakannya Bulan Guru Nasional di Indonesia, fokus harus tetap pada peningkatan nilai profesi guru dan tidak hanya melalui gerakan simbolis tetapi juga melalui inisiatif substantif seperti pengembangan profesional dan peningkatan kesejahteraan. Investasi dalam pelatihan guru, alokasi sumber daya yang adil, dan kondisi ketenagakerjaan yang lebih baik dapat memastikan bahwa guru didukung dalam peran penting mereka. Dengan demikian, negara menegaskan kembali komitmennya terhadap pendidikan sebagai landasan kemajuan masyarakat dan memastikan bahwa kontribusi guru diakui dan dihargai.
Perayaan ini, bila dipadukan dengan reformasi yang dapat ditindaklanjuti, dapat mengubah profesi ini menjadi pilar abadi visi Indonesia untuk masa depan yang sejahtera dan adil.
Penulis: Azry Kaloko, Pemerhati Pendidikan Nasional