
NATUNA, harianmetropolitan.co.id- Setelah lebih dari satu bulan berjalan sejak resmi dibuka pada 22 September 2025, Sekolah Rakyat Kabupaten Natuna berbasis asrama kini mulai menunjukkan perkembangan positif. Para siswa mulai menyesuaikan diri dengan rutinitas dan disiplin yang diterapkan di lingkungan sekolah tersebut.
Kepala Dinas Sosial Kabupaten Natuna, Puryanti, menjelaskan bahwa dari 100 siswa yang diterima pada gelombang pertama, kini tersisa 90 siswa yang aktif mengikuti kegiatan belajar.
“Minggu depan adalah minggu terakhir bagi siswa yang ingin masuk atau keluar dari Sekolah Rakyat. Karena pembelajaran sudah berlangsung, jika masih ada siswa baru yang masuk maka akan tertinggal pelajaran,” jelas Puryanti, Senin 27 Oktober 2025.
Ia menegaskan, setelah minggu depan, tidak akan ada lagi penerimaan maupun pengunduran diri. “Sembilan puluh siswa inilah yang akan menjalani pendidikan selama satu tahun ke depan,” tambahnya.
Puryanti juga mengungkapkan bahwa 10 siswa memilih berhenti, dengan rincian tujuh siswa dari jenjang SMA, sementara sisanya karena kesulitan beradaptasi dengan kehidupan asrama.
“Sebagian siswa merasa tidak leluasa karena aturan asrama yang melarang penggunaan handphone. Ada juga yang belum terbiasa hidup mandiri karena selama ini dimanjakan orang tua,” ujarnya.
Meski begitu, Dinas Sosial telah melakukan sosialisasi dan komunikasi dengan para orang tua, agar memahami sistem pendidikan dan kedisiplinan di Sekolah Rakyat.
Untuk siswa SD, pihak sekolah memberikan kebijakan khusus. Mengingat usia mereka yang masih kecil, anak-anak diperbolehkan tidak menginap di asrama.
“Setelah makan malam, mereka dijemput orang tua untuk pulang, dan keesokan paginya diantar kembali sebelum jam sarapan,” terang Puryanti.
Dinas Sosial juga masih menunggu penugasan wali asuh dan wali asrama dari Kementerian Sosial untuk membantu pengelolaan kegiatan harian, termasuk urusan seperti mencuci pakaian siswa SD yang masih kecil.
Aturan kunjungan bagi orang tua ditetapkan setiap hari Minggu, dimulai setelah salat Ashar hingga sebelum Magrib.
Sementara itu, siswa hanya diperbolehkan pulang ke rumah dua kali dalam setahun, yaitu saat libur semester.
“Kalau ada siswa kecil yang sakit, orang tua boleh menjemput untuk dirawat di rumah. Setelah sembuh, mereka kembali ke asrama. Namun jika nanti wali asuh dan wali asrama sudah lengkap, akan kami evaluasi kembali sistemnya,” tutup Puryanti.
Dengan semakin tertata sistem asrama dan pembelajaran, Sekolah Rakyat Natuna diharapkan dapat menjadi model pendidikan berbasis karakter dan kemandirian di Kabupaten Natuna. (***Hn)
