
*FSIGB 2025 Tegaskan Kepri Sebagai Poros Kebudayaan dan Mercusuar Sastra Dunia
Kepri, harianmetropolitan.co.id – Menteri Koordinator Bidang Hukum, HAM, Imigrasi, dan Pemasyarakatan Republik Indonesia, Dato’ Seri Indera Nara Wangsa Yusril Ihza Mahendra, menyebut Kepulauan Riau (Kepri) sebagai motor penggerak kesusastraan Melayu dan Indonesia.
“Kepulauan Riau memiliki akar kuat peradaban Melayu. Festival ini langkah tepat dan strategis, dan seharusnya dilaksanakan secara berkelanjutan setiap tahun,” ujar Yusril dalam pembukaan Festival Sastra Internasional Gunung Bintan (FSIGB) 2025, di pelataran Gedung Lembaga Adat Melayu (LAM) Kepri, Selasa (28/10/2025) malam.
Yusril menegaskan, sastra bukan sekadar pembacaan puisi atau peluncuran buku, tetapi “laboratorium kemanusiaan” yang merefleksikan nilai-nilai moral dan keadilan sosial.
“Di panggung sastra ini kita menemukan benang merah persaudaraan lintas bangsa. Sastra mempertemukan manusia melampaui batas geografis,” ungkapnya.
Menurutnya, dampak positif FSIGB tidak hanya memperkuat kebudayaan, tetapi juga mendorong pariwisata Kepri.
“Impact-nya jelas, pariwisata akan berkembang dan Indonesia makin dikenal di mata dunia,” tambahnya.
Dalam kesempatan yang sama, Gubernur Kepulauan Riau Ansar Ahmad menegaskan komitmen pemerintah daerah dalam menggali dan melestarikan warisan budaya Melayu. Ia menyebut, Pemprov Kepri sedang menyiapkan pembangunan Monumen Bahasa dan Museum Budaya Melayu untuk memperkuat identitas daerah.
“Insya Allah, melalui monumen dan museum ini, Kepri akan menjadi magnet kebudayaan bagi masyarakat nasional dan mancanegara,” ujar Ansar.
Gubernur juga memberi perhatian khusus kepada Kabupaten Lingga, yang dikenal sebagai Bunda Tanah Melayu.
“Dengan dukungan Pak Menko, kita akan kembangkan museum dan objek wisata sejarah di Lingga agar perjalanan sejarah Kepri semakin dikenal luas,” tambahnya.
Festival Sastra Internasional Gunung Bintan (FSIGB) tahun ini mengusung tema “Memelihara Persaudaraan Para Penyair” sebagai ajakan memperkuat silaturahmi lintas bangsa melalui karya sastra.
Acara pembukaan berlangsung meriah dengan penampilan Seniman Rojer Kajol yang memainkan alat musik gambus diiringi kelompok Dermaga Musica dari Tanjungpinang.
Festival ini merupakan gagasan Dato’ Sri Lela Budaya Rida K. Liamsi, tokoh sastra Melayu asal Kepri, yang terus mendorong pelestarian tradisi literasi dunia Melayu.
“Dari Pulau Penyengat, puluhan karya besar lahir pada abad ke-18. Semangat itu kita lanjutkan di FSIGB ini,” ujar Rida, yang juga menjabat Ketua Panitia FSIGB 2025.
Selama delapan tahun pelaksanaan, FSIGB telah mempertemukan sastrawan dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan Thailand Selatan, serta menerbitkan 25 seri antologi puisi “Jazirah Buku”.

Selain seminar dan diskusi, FSIGB juga menggelar ziarah budaya ke berbagai situs sejarah di Kepri, memperkuat hubungan antara karya sastra dan akar budaya Melayu.
Acara pembukaan turut dihadiri oleh Penulis Nasional Yusron Ihza Mahendra, Ketua TP-PKK Kepri Hj. Dewi Kumalasari Ansar, Ketua LAM Kepri Raja Al Hafiz, anggota DPRD Kepri, Forkopimda, serta para Bupati dan Wali Kota se-Kepri.
Dengan semangat “Memelihara Persaudaraan Para Penyair”, FSIGB 2025 bukan sekadar perayaan sastra, melainkan penegasan jati diri Kepulauan Riau sebagai poros kebudayaan Melayu dan mercusuar literasi dunia. (***/Dms)
