Guru Penggerak Sekolah Vokasi

NATUNA, harianmetropolitan.co.id – Abad 21 disebut juga era industri 4.0 yang di tantandai dengan cyber physical system (CPS) dengan isyarat berkolaborasi dengan physical system, komputasi, jaringan (network) serta komunikasi.

Penyempurnaan dari CPS melahirkan Society 5.0 yang dikenal dengan cyber physical human systems (CPHS). CPHS menempatkan manusia sebagai elemen aktif (bukan sebagai obyek) atau di tuntut menjadi pelaku dengan berperan secara aktif, berkolaborasi ( bekerja bersama) dengan physical system sesuai tujuan yang ingin dicapainya, hubungan yang saling menguatkan mesin dan manusia di era Internet of Thinking / IoT telah menjadi realitas kebutuhan (Sabri, 2019).

Penerapan cyber physical human systems ( sociaty 5.0 ) sebagaimana Jepang bahwa menyikapi erupsi perkembangan teknologi, proses degitalisasi penduknya sekaligus langkah solutif dalam kehidupan.

Hal ini pada artikel Ria dan Windy menyebutkan bahwa “Society 5.0 memfokuskan pada manusianya dalam menjalani (interaksi) kehidupan menjawab efek dari gelobalisasi industry 4.0”.

Berbeda halnya dengan kita dan masih membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang diisyaratkan melaui peta jalan pendidikan 2020-2035 yakni “Indonesia membutuhkan SDM yang terpelajar dan adaptif untuk mencapai target pembangunan 2045” karena satu abad kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan bonus demografi (Kemdikbud, 2020).

Senada dengan hal ini “Data BPS (2020) lulusan sekolah vokasi yang masih belum bekerja masih di angkat 13.04 persen, lulusan SMA 11, 96 persen, dari lulusan perguruan tinggi vokasi di angka 8,20 persen serta dari perguruan tinggi non vokasiberda di angka 5,24 persen. Selain itu pandemic Covid-19 turut berdampak juga dalam kehidupan ekonomi maupun tenaga kerja.”(Muslimat, 2021).

Tanner & Tanner (1995) dalam (Kuboja & Ngussa, 2015) mengatakan bahwa kurikulum merupakan “plan or program of all” seperangkat rencana atau program yang akan dijalan oleh semua “ the direction of a school” untuk diterapakan kepada peserta didik berdasarkan bimbingan atau arahan dari sekolah.

Inilah demensi yang patut dipahami guru vokasi penggerak karena “Guru penggerak diplot sebagai pemimpin pendidikan pada masa yang akan datang dalam mewujudkan generasi Indonesia unggu” (Mansyur, 2021).

Selanjutnya, seorang pendidik jangan menunngu belajar dengan pakar pendidikan baru melakukan perubahan, jika mau untuk berubah secara efektif dan sangat mengena adalah belajar dari teman sejawat yang banyak gagal pada akhirnya inovasinya mempraktekkan keberhasilan, merdeka belajarpun menurunkan pengertiah bermakna bahwa inovator dari sang pendidik. Kompetensi siswa bukan hanya menngunakan ukuran di ruang teori, tetapi tumbuh bersama lingkung dan bersifat kaloboratif dengan lingkungan nyata “(Houtman, 2020).

Begitu juga dengan Manning dan Salomons (2009) mengemukakan bahwa “middle-skilled occupations have declined” pekerjaan pala level keterampilan menengah (sekarang ini sudah menurun bahkan ada yang hilang) “high-skilled and low-skilled “ yang bertahan adalah pada level pekerjaan dengan ketrampilan tinggi dan pekerjaan kasar dan itu terjadi semua negara sedang berkembang.

Pendidikan vokasi sebagaimana Carr & Hartnett (2002) menegaskan bahwa (Supriyanto, 2018:36) mengatakan bahwa “regeneration and modernization of industry” pendidikan vokasi (kejuruan) diperuntukan untuk siap bekerja “development and growth of modern society” merupakan regenerasi yang dapat digunakan pada dunia industri serta tingkat kelayakan secara sosial.

Baca Juga :  Sudah Sampaikah Negeri Ini Pada Mutu Pendidikan Yang Dicita-citakan?

Senada dengan hal ini jika kita repleksikan dengan “Data BPS (2020) lulusan sekolah vokasi yang masih belum bekerja masih di angkat 13.04 persen, lulusan SMA 11, 96 persen, dari lulusan perguruan tinggi vokasi di angka 8,20 persen serta dari perguruan tinggi non vokasiberda di angka 5,24 persen.

Selain itu pandemic Covid-19 turut berdampak juga dalam kehidupan ekonomi maupun tenaga kerja “ (Muslimat, 2021).
Kementerian pendidikan dan kebudayaan telah meluncurkan berbagai program maupun kebijakan dan dikendalikan melalui Dirjen Vokasi Kemdikbud diantaranya: SMK CoE/ Center of Excellence ( lulusannya cerdas Sorf Skill dan adaptif IDUKA/ Insustri dan Dunia Kerja), SMK PK /Pusat Keunggulan ( peningkatan kualitas dan kinerja serta sorf and hard skill, bermitra dengan insustri dan dunia kerja / IDUKA), SMK fast Track ( lulusanya setara D2 dan melibatkan IDUKA dan Perguruan Tinggi), Guru Penggerak dan lainya.

“Sekolah vokasi harus memformat ide-ide besar, diterapkan secara teori dan praktek secara inovatif, kompetensi lulusan harus multidimensi bukan sekedar akademis, non semata” (TOTON, 2018).

Selain itu telah disari bersama perubahan terus terjadi “sekolah kejuruan perlu kepekaan dan ada ikatan dengan dunia kerja agar apa yang dipersiapkan sekolah mendekati dengan kebutuhan dari IDUKA” (Triyono, 2017:1).

Selanjutnya Ahmadi dan Ibda mengatakan bahwa “hanya orang-orang cerdas yang mampu mencerna adaptabillity serta selalu di ingat pada dinamika perubahan zaman”(Ahmadi & Ibda, 2019, p. 8).

Berbekal dengan pola pikir vokasi yang lengkap, guru penggerak berperan strategis dalam mentransformasi sistem pendidikan, diharapkan berperan penting dalam membangun visi dan budaya positif di sekolah semua itu dapat dilakukan dari kesungguhan hati (Satriawan dkk., 2021).

Mulyasa (2021) mengatakan “guru penggerak merdeka belajar adalah guru bermental adaptif dengan perkembangan teknologi dan produknya sehingga tidak merasa ketinggalan zaman dari peserta didiknya, menggunakan pendekatan internet of thinking (IoT) atau blended learning sesuai dengan karakter peserta didik, memberikan ruang gerak yang lebih leluasa dan kreativitas untuk menanamkan nilai karakter baik kepada peserta didik.

Sekolah vokasi dewasa ini mendambakan guru dan leadershipnya yang “subur” yakni adaptif terhadap perubahan, inovatif , berbasis cyber physical system ( kolaborasi physical system, komputasi, jaringan (network) dan komunikasi), serta berusaha membangun pendekatan cyber physical human systems menempatkan manusia sebagai elemen aktif (bukan sebagai obyek) hubungan yang saling menguatkan mesin dan manusia.

Semoga guru vokasi khususnya di kabupaten natuna terus berinovasi dan melakukan perubahan dalam menerapkan tugas dan funsinya pada aktivitasnya di setiap satuan pendidikan yang ada dan menjadi guru vokasi masa depan. (*)

Bagikan

Recommended For You

About the Author: Redaksi Harian Metropolitan