
Natuna- (harianmetropolitan.co.id). Pasca terbitnya pemberitaan media Harian Metropolitan edisi 24 September 2018, judul : “Caplok Nama Biar Tenar, Rony Cs Terancam Pidana?”, membuat Aripin Natuna, warga Ranai, mengaku sebagai penggiat anti korupsi “meradang”.
Dilaman Grup Facebook Berita Natuna, tanggal 24 September 2018, Aripin, melansir hanya sebahagian, bukan menyeluruh berita Harian Metropolitan itu, dan mempostingnya. Akibat melansir hanya sebahagian, menjadi multitafsir bagi masyarakat pembaca.
Sebagai pemilik dan admin di grub Berita Natuna, seharusnya Aripin lebih dewasa dalam menyajikan postingan di laman Facebook untuk masyarakat. Sayangnya, hal itu tidak dilakukan, malah membuat gaduh ditengah nitizen.
Berbagai silang pendapat pun bermunculan menghujat pemberitaan, seakan akan hoax. Dikarenakan Aripin memposting berita, tidak utuh. Motif apa dibalik hal ini pun masih menjadi tanda tanya.
Berbagai komentar miring pun terus mengalir, hingga para netizen menyebut “berita ngarang-ngarang”. Tindakan “coboy” Aripin tidak berhenti sampai di situ.
Selasa 25 September 2018, Aripin kembali bercuit. Kali ini, lebih garang, terkait mencaplok nama KPK, seperti tidak ada berita lain”. Terlihat seolah-olah ia tak paham, itu merupakan simbol negara dan tidak sembarangan mempergunakannya.
Di atas berita tersebut, Aripin menulis, “Pertarungan Antara Petarung Vs Pecundang”. Belum di ketahui, siapakah pecundang yang di maksud Aripin.
Di hari serupa, Aripin mengaku sang penggiat anti korupsi itu, kembali bercuit agaknya seperti “anggota Dewan Pers”. Ia mempersoalkan inti pemberitaan media Harian Metropolitan.
Padahal, dalam berita berjudul “Caplok Nama Biar Tenar, Rony Cs Terancam Pidana? ”, redaksi media Harian Metropolitan memiliki sumber jelas dan data akurat.
Namun, Aripin terus “menghakimi” media Harian Metropolitan lewat penggalan cuitannya yang berbunyi, “Karya tulis seseorang harus dilampirkan atau menulis narasumbernya dari berita mana di sadur. Inilah akibatnya kalau wartawan belum mengikuti ujian kompetensi wartawan”.
Memiliki kewenangan sebagai admin Grup Facebook Berita Natuna, membuat Aripin semakin garang. Ia kembali memposting status di laman facebook pribadinya, bertuliskan ; “Mendukung Said Rony Saputra untuk melaporkan media atau oknum wartawan yang membuat berita mencaplok logo atau lambang terancam pidana. Aripin menduga, pemberitaan tersebut hanya untuk mengancam atau menakut-nakuti.
Tudingan tidak mendasar akun “Aripin Natuna” terhadap media Harian Metropolitan tidak dapat di tolerir lagi.
Saat di konfirmasi media ini lewat telepon seluler pribadinya, Kamis 27 September 2018, Aripin malah memilih bungkam.
Ia meminta wartawan untuk menunggu dirinya pulang dari Kota Batam. Namun dia tidak tau, kapan dan berapa lama dirinya pulang ke Ranai. Nyali Aripin, semula berapi-api di Grup Facebook Berita Natuna, mendadak ciut kala media ini meminta kutipan hasil wawancara di publikasikan.
“Jangan dulu,”ucapnya spontan. “Kita ketemu lebih enak, tunggu saya pulang. “Saya tidak izinkan di kutip,”tambahnya lagi. Lalu timbul pertanyaan, ada apa dengan Aripin?.
Tindakan Aripin jelas melanggar undang-undang Pers No 40 tahun 1999, Pasal 18 ayat (1) berbunyi : “Setiap orang yang secara melawan hukum dengan sengaja melakukan tindakan yang berakibat menghambat atau menghalangi pelaksanaan ketentuan Pasal 4 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah).
Serta undang-undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Pasal 28 ayat 2 berbunyi, “Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukkan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA)”, sanksinya hukuman (pidana penjara) selama enam tahun dan/atau denda Rp1miliar”.
Sementara itu, Redaksi Media Harian Metropolitan meminta, agar “Aripin Natuna” secepatnya melakukan permintaan maaf secara terbuka di hadapan publik dan menghapus segala postingan “opini tak mendasar”, lantaran telah menjatuhkan nama baik perusahaan Media Harian Metropolitan dan membuat gaduh di masyarakat.
Jika hal ini tidak di anggap penting, maka Redaksi Media Harian Metropolitan melalui Organisasi Pers akan melaporkan akun facebook “Aripin Natuna” kepihak berwajib.
Laporan terkait adanya pemotongan isi berita, sehingga menimbulkan polemik di masyarakat dan menimbulkan ujaran kebencian. Padahal sudah jelas, berita tersebut bersumber dari Datariau.com, dan telah melalui mekanisme Kode Etik Jurnalis, chek and rechek.
Kepada pemerintah daerah melaui Dinas Komunikasi dan Informatika, di bawah komando Raja Darmika, agar segera mengevaluasi konten- konten status “negatif” yang menimbulkan keresahan pada grup Facebook Berita Natuna.
Pasalnya, polemik itu sudah acap kali terjadi, kemungkinan Diskominfo Natuna dapat menetralisir, dengan cara melakukan “pemblokiran” pada Facebook Berita Natuna. Mengingat sudah menimbulkan keresahan. Atau, apa perlu aparat penegak hukum turun tangan?.
Penulis: Redaksi