
HARIANMETROPOLITAN.co.id- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) merilis Temuan Survei Nasional dari Lembaga Indikator tentang Arah Baru Pendidikan Indonesia: Sikap Publik terhadap Kebijakan Kemendikbudristek, 19 Juni 2022.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap 1.520 responden di seluruh Indonesia pada 7 hingga 12 April 2022, Survei Indikator Politik Indonesia menyebut bahwa lebih dari 75 persen warga puas atas kebijakan Kemendikbudristek.
Sebenarnya terdapat banyak sekali program yang menjadi indikator kepuasan masyarakat hingga 75 persen tersebut. Akan tetapi yang paling populer dan sangat terlihat manfaatnya adalah mengenai anggaran pendidikan termasuk di dalamnya dana BOS yang langsung ditransfer ke rekening tiap sekolah yang menerimanya, lalu Kurikulum Merdeka, selain itu ada juga KIP Kuliah Merdeka, serta pemberian bantuan kuota internet oleh Kemendikbudristek dimasa sekolah daring saat awal kemunculan pandemi Covid-19 sejak tahun 2020 yang lalu.
Kurikulum Merdeka
Pada kurikulum merdeka ini, Kemendikbudristek telah membuat transformasi pendidikan yang sedikit banyak telah merubah wajah pendidikan Indonesia melalui episode-episode kurikulum merdeka yang telah dibuat. Perubahan yang terjadi pada sistem pendidikan pada kurikulum merdeka pasalnya telah sangat berdampak terhadap guru, kepala kekolah hingga anak didik.
Misalnya saja pada pengahapusan ujian nasional yang selama ini menjadi polemik dalam dunia pendidikan karena dianggap menjadi standar kelulusan yang rumit, kini telah dihapuskan yang kemudian diganti menjadi asesmen pendidikan.
Perubahan dan gebrakan melalui kurikulum merdeka dan program merdeka belajar tidak dapat dipungkiri telah mengubah dunia pendidikan dari sei pola pikir belajar bagi anak didik. Selama ini anak didik disuguhkan dengan pendidikan yang mengharuskan mereka berkompetensi dengan teman sekelasnya bahkan dengan anak seusianya dijenjang pendidikan mereka. Kini kompetensi tersebut sudah berangsur terhapus dan mulai berubah menjadi sebuah kolaborasi dan pemahaman mendalam melalui program merdeka belajar.
Memang awalnya banyak yang menolak dan mempertanyakan bagaimana nasib sekolah dan anak didik melalui pergantian kurikulum menjadi kurikulum baru ini, khususnya di masa pandemi Covid-19 yang mengharuskan segalanya serba daring.
Apa yang ada dalam pikiran masyarakat mengenai perubahan kurikulum sebenarnya berbanding terbalik dengan kenyataannya. Guru diberi keleluasaan untuk mengarahkan minat dan focus pembelajaran bagi anak didik. Pendidikan Indonesia juga sempat mengalami learning loss dimana terjadi kesenjangan dan ketertinggalan pembelajaran hingga enam bulan.
Saat ini melalui kurikulum merdeka guru telah diberi wewenang dalam mengelola pembelajaran sesuai minat dan bakat anak didik. Selain itu jam mengajar guru juga akan berkurang di kurikulum merdeka, dari yang awalnya tiga jam menjadi dua jam di berbagai mata pelajaran.
Indikator Kepuasan dan Implementasi Kurikulum Merdeka
Berdasarkan indikator kepuasan yang telah dirilis pada Juni lalu, maka tidak heran apabila survey tersebut menghasilkan kepuasan sebesar 75 persen. Hal ini telah menjadi kesimpulan dimana wujud implementasi kemendikbudristek merealisasikan tujuan pendidikan yang maju, berdaulat, mandiri dan memiliki kepribadian dan mendorong terciptanya Pelajar Pancasila.
Perubahan-perubahan yang terjadi juga menjadi momentum yang baik dalam merespon globalisasi pendidikan. Selain itu perubahan-perubahan ini juga adalah kewajiban agar mampu beradaptasi dengan berbagai situasi termasuk situasi pandemi Covid-19 yang masih berlangsung hingga saat ini. Beberapa diantara perubahan pendidikan di kurikulum merdeka juga adalah Penyederhanaan RPP guru, Penggunaan BOS lebih fleksibel untuk sekolah, nilai satuan BOS meningkat, pelaporan BOS lebih transparan dan akuntabel hingga fleksibilitas penggunaan bantuan.
Atas capaian dan terobosan baru ini sudah seharusnya pemerintah melalui Kemendikbudristek mendapatkan indikator kepuasan tersebut. Walaupun masih ada kekurangan di kiri dan kanan. Yang pasti guru, kepala sekolah hingga orang tua dan masyarakat harus mendukung dan mengawasi agar program ini terus berjalan dengan baik dan berjalan dengan lancar dan sesuai dengan harapan.
(***) Azry Almi Kaloko
Alumni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta