
harianmetropolitan.co.id, Lingga – Dalam rangka mendukung rencana pemerintah pusat untuk melakukan pengembangan terhadap produk-produk hortikultura demi mendorong peningkatan ekspor dan penguatan ekonomi daerah, Bupati Lingga menghadiri acara Focus Group Discussion di Madiun, Jawa Timur.
Dalam acara yang digelar di Ruang Rapat BIMA 3 Hotel Aston Madiun tersebut, Bupati Lingga didampingi oleh Kepala Dinas Pertanian, Kabid Tata Ruang Dinas PU, Kasubbag Komunikasi Bidang Kominfo dan Humas, serta Adi Pawennari.
Dalam acara yang digelar oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian itu, hadirkan 13 Kepala Daerah Kabupaten/Kota di Jawa, Bali dan Sumatera; dan Bupati Lingga, Alias Wello adalah satu-satunya Kepala Daerah di Kepri yang diundang pada acara FGD tersebut.
Hadir menjadi narasumber dalam FGD itu, Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono, Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian Prihasto Setyanto dan Dirjen Bea dan Cukai Heru Pambudi, Government Relation Director PT. GGP, Welly Soegiono, Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Bambang Adi Winarso dan Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Musdhalifah Machmud.
Pada kesempatan itu, Welly Soegiono mengungkapkan bahwa kesuburan tanah di wilayah Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau (Kepri) untuk tanaman hortikultura, khususnya nenas, terbaik dari enam daerah Kabupaten/Kota di Jawa, Bali dan Sumatera yang telah dilakukan survey oleh PT. Great Giant Pineapple (GGP).
Adapun keenam Kabupaten/Kota yang telah dilakukan survey oleh PT. GGP adalah, Kabupaten Tanggamus (Lampung), Jembrana (Bali), Lingga (Kepulauan Riau), Humbang Hasundutan (Sumatera Utara), Bener Meriah (Aceh), Ponorogo, Bondowoso, Madiun dan Kota Madiun (Jawa Timur).
“Hari ini, saya sengaja tidak menampilkan data tentang Lingga. Karena Lingga sudah tidak ada masalah. Dari sisi kesuburan tanahnya untuk tanaman hortikultura, khususnya nenas, Lingga terbaik dari enam Kabupaten/Kota yang sudah dilakukan survey,” katanya.
Menurut Welly, kebutuhan pasar dunia terhadap produk hortikultura, khususnya pisang dan nenas cukup besar. Berdasarkan data tahun 2018, PT. GGP sukses ekspor buah pisang dan nenas sekitar 18 ribu kontainer.
“Sejak tahun 1984 atau 35 tahun yang lalu, kami sudah melakukan ekspor pisang dan nenas. Alhamdulillah, hari ini Indonesia sudah menjadi negara pengekspor nenas terbesar di dunia,” bebernya.
Beliau mengaku sudah memiliki perkebunan pisang dan nenas seluas 32.000 hektar di wilayah Kabupaten Tanggamus, Lampung dengan jumlah pekerja sekitar 25.000 orang.
“Limbah dari pengolahan pisang dan nenas ini, merupakan pakan ternak terbaik untuk sapi. Sementara kotoran dari sapi itu, adalah pupuk terbaik untuk kebun pisang dan nenas. Untuk limbah sebanyak ini, kami butuh sapi 25.000 ekor di kandang,” katanya.
Sementara itu, Bupati Lingga, Alias Wello (Awe) menyampaikan dukungan dan komitmennya untuk membantu proses percepatan investasi PT. GGP di bidang hortikultura di bumi berjuluk “Bunda Tanah Melayu” itu.
“Saya sudah tak sabaran mendengar paparan pak Welly tadi. Apalagi, dalam 1 hektar kebun pisang atau nenas, dibutuhkan 1,5 orang tenaga kerja. Kalau investasi ini terealisir, masyarakat kami akan sangat terbantu,” katanya.
Awe berharap, hal ini bisa segera terwujud dalam waktu dekat. “Kami sudah siapkan untuk segala macam investasi ramah lingkungan seperti ini,” tambahnya.
Menurut Awe, sebenarnya masyarakat Kabupaten Lingga sudah tidak asing lagi dengan tanaman pisang dan nenas. Kedua tanaman ini pernah berjaya di Lingga, namun hilang karena daya serap pasar yang sangat kecil.
“Pada tahun 1980-an, Lingga pernah dikenal sebagai produsen nenas dan pisang terbesar di wilayah Kepulauan Riau,” pungkasnya.
Dengan adanya rencana pencanangan pertanian hortikulura di Kabupaten Lingga dalam waktu dekat, maka akan semakin memantapkan langkah Bupati Lingga untuk memajukan dalam 4 sektor utama, yakni pertanian, peternakan, perikanan, dan pariwisata.
Penulis: SR