PDAM Tirta Nusa Natuna Krisis Air Bersih, Direktur: Ini Dampak Perubahan Iklim dan Ketergantungan pada Air Permukaan

NATUNA, harianmetropolitan.co.id- Krisis air bersih kembali melanda Kabupaten Natuna seiring masuknya musim kemarau tahun ini. Direktur PDAM Tirta Nusa Natuna, Zaharuddin, mengungkapkan bahwa kondisi sistem penyediaan air minum saat ini berada dalam situasi sangat mengkhawatirkan, Rabu 30 Juli 2025.

Zaharuddin menjelaskan bahwa sumber air baku utama PDAM berasal dari air permukaan sungai di kawasan Gunung Ranai, yang sangat bergantung pada curah hujan. Namun, sejak empat bulan terakhir, menurut peringatan dari BMKG, wilayah Natuna sudah resmi memasuki musim kemarau dan intensitas hujan yang turun pun tidak mampu menambah debit air secara signifikan.

“Kami sudah memasuki musim kemarau. Hujan yang turun tidak berdampak pada penambahan debit air. Ini menyebabkan kami harus menerapkan sistem distribusi air secara bergilir,” ujar Zaharuddin.

Ia menambahkan bahwa fenomena pemanasan global juga memperburuk kondisi. Jika sebelumnya penurunan debit air terjadi setelah tiga bulan panas, kini penurunan drastis hingga 30-40 persen bisa terjadi hanya dalam satu bulan tanpa hujan.

PDAM Tirta Nusa dulunya hanya melayani sekitar seribu pelanggan, kini telah mengelola sambungan rumah tangga hingga 7.000 pelanggan. Sayangnya, kapasitas ketersediaan air bersih tidak sebanding dengan kebutuhan masyarakat yang terus meningkat.

“Fasilitas hanya cukup untuk kebutuhan awal-awal terbentuknya kabupaten. Kini, dengan sambungan pelanggan meningkat tajam, pasokan air jelas tidak mencukupi lagi,” ungkapnya.

Baca Juga :  Bupati Bintan Terima Penghargaan Ki Hajar Award 2018

Pihak PDAM bersama Komisi III DPRD Natuna yang membidangi aset dan infrastruktur daerah juga telah turun ke lapangan untuk melihat langsung kondisi terjadi. Hasilnya, mereka menilai krisis air bersih diprediksi akan semakin meluas jika tidak ditangani dengan solusi tepat.

Zaharuddin menegaskan bahwa krisis ini bukanlah akibat dari kesalahan manajemen PDAM, melainkan karena faktor cuaca dan keterbatasan sistem yang hanya mengandalkan air permukaan. Ia menyebutkan bahwa meskipun embung telah dibangun di beberapa titik, hingga kini belum termanfaatkan secara maksimal.

Dalam menghadapi kondisi ini, pihaknya juga telah menjalin koordinasi dengan Bupati Natuna untuk mencari sumber air alternatif, khususnya dari kawasan hutan lindung Gunung Ranai. Ia berharap program peningkatan cakupan air bersih ini dapat menjadi prioritas pembangunan tahun mendatang.

“Kami mohon maaf kepada pelanggan atas kondisi ini. Air adalah kebutuhan pokok, dan kita sama-sama berharap kepada Tuhan agar musim kemarau ini segera berakhir. Kami terus berupaya dan telah mendapat dukungan penuh dari pimpinan daerah,” tutup Zaharuddin.

Pihak PDAM juga mengajak masyarakat untuk mendukung upaya penyediaan air bersih dan ikut bersuara agar pengelolaan sumber daya air menjadi perhatian semua pihak, termasuk pemerintah pusat.

(***Hn)

Bagikan

Recommended For You

About the Author: Redaksi Harian Metropolitan