
NATUNA, harianmetropolitan.co.id-Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Natuna, Hardinansyah, mengakui bahwa tantangan terbesar dalam pengembangan pariwisata daerah bukanlah pada keindahan alam, melainkan akses menuju Natuna yang masih terbatas dan biaya perjalanan cukup tinggi bagi wisatawan, Rabu 3 September 2025.
“Kendala kita sejauh ini adalah akses. Menuju ke Natuna ini cukup jauh dan biayanya mahal. Bukan karena alam kita tidak indah, tapi memang terkendala transportasi,” ujar Hardinansyah.
Meski begitu, pihaknya terus berupaya mengembangkan pariwisata, terutama di wilayah Serasan. Salah satu langkahnya adalah memindahkan sejumlah event internasional, seperti Sail Yacht Rally Sail to Natuna sebelumnya digelar di Tanjung, kini dialihkan ke Serasan di kawasan Pos Lintas Batas Negara (PLBN). Acara tersebut disambut meriah oleh warga lokal maupun wisatawan mancanegara.
Tahun lalu, ada kegiatan parade Jet Ski dari Sematan Malaysia Timur langsung ke Serasan karena jaraknya yang lebih dekat, hanya sekitar 65 mil laut. Herdinansyah menilai Serasan memiliki potensi besar lantaran akses lautnya lebih mudah dijangkau, serta didukung wisata bahari, pantai, bebatuan alam, hingga peninggalan sejarah dan budaya.
“Serasan lebih dekat dengan Kalimantan dan Malaysia Timur. Wisatawan dari Malaysia, Singapura, hingga Brunei juga merasa dekat dengan Natuna secara budaya karena sama-sama Melayu. Bahkan tradisi kita, seperti makan bedulang, masih lestari dan itu menarik bagi mereka,” tambahnya.
Dinas Pariwisata mencatat, keberadaan wisata baru di Serasan ikut mendorong perekonomian masyarakat, khususnya pelaku UMKM. Produk lokal seperti tikar anyaman, makanan khas, hingga suvenir habis terjual saat kunjungan wisatawan, terutama dari Malaysia.
Menurut Herdinansyah, daya tarik Natuna tidak hanya terletak pada alamnya, tetapi juga pada keramahtamahan masyarakat. Konsep 3A pariwisata, Atraksi, Akses, dan Amenitas, menurutnya masih timpang, karena Natuna kuat di atraksi, namun lemah di akses.
“Banyak tamu yang saya dampingi mengatakan alam Natuna luar biasa. Mereka bahkan ingin kembali karena sekali datang tidak cukup. Hanya saja akses transportasi masih jadi hambatan. Tiket pesawat mahal, jalur laut tidak setiap hari tersedia, bahkan jadwalnya sering tidak tepat waktu. Kita juga belum punya transportasi khusus wisatawan,” tegasnya.
Ia berharap, ke depan pemerintah dapat memperbaiki konektivitas, baik lewat udara maupun laut, agar keindahan Natuna semakin mudah dijangkau wisatawan mancanegara maupun domestik. (***Hani)