Menjahit Asa Pendidikan: Deep Learning sebagai Arsitek Pembelajaran Bermakna

Karya ini ditulis oleh : Azry Almi Kaloko Pemerhati pendidikan Nasional

harianmetropolitan.co.id- Pendidikan di Indonesia bagaikan permadani indah yang tengah ditenun, kaya akan potensi namun juga penuh tantangan. Kita bicara tentang kesenjangan akses, kualitas guru belum merata, dan kurikulum yang kerap terasa kaku, kurang relevan dengan dinamika zaman. Di tengah kompleksitas ini, Deep Learning (pembelajaran mendalam) hadir bukan sekadar sebagai benang baru, melainkan sebagai teknik merajut untuk mengubah keseluruhan tampilan permadani. Deep Learning bukan tentang hafalan, melainkan pemahaman esensi. Bukan tentang seragam, melainkan personalisasi. Bukan tentang angka, melainkan makna.

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, dalam Siaran Pers Kemdikdasmen No. 74/2025, telah dengan jelas menyatakan bahwa Deep Learning adalah kunci untuk membuka pintu pendidikan lebih berkualitas, inklusif, dan relevan bagi seluruh anak bangsa. Ini bukan pernyataan kosong. Ini adalah visi bertumpu pada landasan yuridis yang kuat. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa pendidikan harus mengembangkan potensi peserta didik secara utuh, mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Deep Learning menjawab amanat ini dengan mendorong siswa untuk tidak hanya menghafal fakta, tetapi juga memahami konsep secara mendalam, mengaitkannya dengan konteks kehidupan nyata, dan mengaplikasikannya dalam pemecahan masalah.

Namun, Deep Learning bukan hanya soal regulasi, melainkan juga soal filosofi. Pendekatan ini mengakui bahwa setiap anak adalah unik, dengan gaya belajar dan minat berbeda-beda. Guru tidak lagi berperan sebagai “penceramah tunggal,” melainkan sebagai fasilitator untuk membimbing siswa dalam perjalanan penemuan ilmu. Seperti  ungkapan Menteri Mu’ti dalam kuliah tamu di Universitas Negeri Malang, Deep Learning mengutamakan tiga prinsip utama: mindful (kesadaran), meaningful (bermakna), dan joyful (menyenangkan). Mindfulberarti menciptakan lingkungan belajar yang penuh perhatian dan rasa hormat. Meaningful berarti menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman pribadi dan isu-isu sosial. Joyful berarti menghadirkan suasana belajar yang kreatif dan menyenangkan.

Penerapan Deep Learning di berbagai sekolah di Indonesia telah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Di SMA Negeri 3 Semarang, program Science for Society berhasil meningkatkan minat siswa terhadap sains dan teknologi. Di SMK Negeri 2 Bandung, kemitraan dengan industri menghasilkan lulusan yang siap kerja. Di SDN 10 Bandung, metode pembelajaran yang inovatif membuat matematika terasa lebih menyenangkan. Kisah-kisah sukses ini membuktikan bahwa Deep Learning bukan hanya teori, melainkan praktik yang dapat mengubah wajah pendidikan.

Tentu saja, jalan menuju Deep Learning tidak selalu mulus. Kesenjangan infrastruktur, kurangnya pelatihan guru, dan resistensi terhadap perubahan adalah tantangan yang perlu diatasi. Namun, pemerintah telah menunjukkan komitmennya untuk mengatasi tantangan ini. Peningkatan anggaran pendidikan, program pelatihan guru secara masif, dan pengembangan platform pembelajaran digital adalah bukti nyata upaya pemerintah untuk mewujudkan Deep Learning di seluruh Indonesia.

Akan tetapi, tanggung jawab untuk menghadirkan pembelajaran bermakna tidak hanya berada di pundak sekolah dan pemerintah. Keberhasilan Deep Learning membutuhkan dukungan dari seluruh ekosistem pendidikan, termasuk orang tua, komunitas, dan sektor swasta. Orang tua berperan dalam membentuk pola pikir anak yang kritis dan reflektif sejak dini. Komunitas dapat berkontribusi dengan menciptakan ruang belajar agar lebih inklusif, baik melalui kegiatan sosial maupun fasilitas pendukung. Sementara itu, sektor swasta memiliki peluang besar untuk berkolaborasi dengan sekolah dalam mengembangkan kurikulum lebih relevan dengan kebutuhan industri, menyediakan program magang, serta mendukung pelatihan keterampilan praktis. Tanpa keterlibatan aktif dari berbagai pihak, Deep Learning berisiko menjadi sekadar wacana tanpa implementasi nyata.

Baca Juga :  Media dan Kemaslahatan Sosial

Lebih dari sekadar transfer pengetahuan, Deep Learning berupaya menumbuhkan karakter. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter menjadi landasan penting dalam mengintegrasikan nilai-nilai luhur bangsa ke dalam setiap proses pembelajaran. Di SMP Negeri 5 Yogyakarta, misalnya, siswa diajak untuk melakukan proyek sosial yang relevan dengan lingkungan sekitar mereka. Mereka belajar tentang gotong royong, empati, dan tanggung jawab sosial. Inisiatif semacam ini membuktikan bahwa Deep Learning bukan hanya tentang kecerdasan intelektual, tetapi juga tentang kecerdasan emosional dan spiritual.

Namun, kita tidak boleh terlena dengan euforia sesaat. Keberhasilan implementasi Deep Learning membutuhkan evaluasi berkelanjutan. Kita perlu mengukur dampak Deep Learning terhadap hasil belajar siswa, motivasi belajar, dan kesiapan mereka menghadapi dunia kerja. Kita juga perlu belajar dari negara-negara lain yang telah berhasil menerapkan Deep Learning dalam skala nasional, seperti Finlandia dan Singapura. Studi banding dan pertukaran informasi dapat membantu kita mengidentifikasi praktik-praktik terbaik dan menghindari kesalahan yang sama.

Di sisi lain, kita perlu memastikan bahwa Deep Learning tidak hanya menjadi jargon di kalangan elit pendidikan. Kita perlu menjangkau sekolah-sekolah di daerah terpencil dan memberikan dukungan yang memadai bagi guru-guru yang berdedikasi. Kita perlu memanfaatkan teknologi untuk mengatasi keterbatasan geografis dan memastikan bahwa setiap anak di Indonesia memiliki akses yang sama terhadap pendidikan berkualitas. Seperti yang diungkapkan oleh Rektor UHAMKA, Gunawan Suryoputro, dalam seminar tentang Deep Learning, “Pendidikan adalah hak asasi manusia dan harus dijamin oleh negara.”

Deep Learning adalah investasi masa depan. Dengan memberikan perhatian penuh, pemerintah dan seluruh elemen pendidikan dapat memaksimalkan potensi generasi penerus bangsa. Dengan merajut kebijakan, menyulam inovasi, dan menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran, kita dapat membangun permadani pendidikan yang indah, kuat, dan relevan dengan tantangan zaman. Deep Learning, bukan ilusi, melainkan arsitek pembelajaran bermakna di Indonesia. Ia akan memfasilitasi kemampuan murid untuk mengenali dirinya sebagai manusia yang memiliki ilmu dalam dan luas. Dengan spirit gotong royong, kita akan mewujudkan pendidikan Indonesia merdeka, inklusif, dan berkeadilan. (*)

Bagikan

Recommended For You

About the Author: Redaksi Harian Metropolitan