
NATUNA, harianmetropolitan.co.id- Harga tiket pesawat rute Natuna–Batam maupun sebaliknya dinilai mencekik masyarakat. Maskapai Wings Air memasang tarif sekitar Rp2,4 juta untuk penerbangan Natuna–Batam, dan Rp2,5 juta untuk rute sebaliknya. Kondisi ini bukan hanya memberatkan warga, tapi juga dinilai sebagai penghambat serius bagi perkembangan pariwisata Natuna, Rabu 17 September 2025.
Aldhis, seorang dokter asal Natuna yang sering melakukan perjalanan keluar daerah, mengaku sangat keberatan dengan harga tiket yang dianggap tidak wajar untuk rute domestik.
“Bayangkan, dari Banjarmasin ke Malaysia yang jaraknya jauh lebih panjang hanya Rp800 ribuan, sementara Natuna–Batam bisa sampai Rp2,5 juta. Kalau saya bepergian dengan keluarga yang berjumlah empat orang, biaya sekali jalan bisa tembus Rp20 juta, itu pun tanpa bagasi gratis. Jelas memberatkan,” tegasnya.
Ia menilai harga tiket yang mencekik ini juga berdampak langsung pada sektor pariwisata Natuna. “Padahal Natuna punya potensi besar, bisa jadi seperti Labuan Bajo atau Lombok. Tapi kalau tiket pesawat tetap mahal, jangan harap wisatawan mau datang. Seandainya tiket bisa lebih terjangkau, ditambah promosi yang tepat, pariwisata Natuna bisa bersaing bahkan di kancah internasional,” tambahnya.
Selain soal pariwisata, tarif tinggi ini juga menimbulkan ironi. Di satu sisi pemerintah kerap menyebut Natuna sebagai beranda terdepan NKRI, tapi di sisi lain akses transportasi masyarakat justru dipersulit dengan harga tiket selangit. Bahkan, menurut Aldhis, masih banyak warga luar daerah yang tidak mengetahui letak Natuna, meski berada dalam provinsi yang sama dengan Batam.
“Setiap saya ke Batam, masih banyak orang yang bertanya, ‘Natuna itu di mana?’ Padahal kita masih satu provinsi. Ini kan memprihatinkan. Wisata kita bagus, tapi tidak terekspos karena kendala ongkos pesawat,” ujarnya.
Tarif tiket yang mencekik ini seharusnya menjadi perhatian serius pemerintah pusat maupun daerah. Pemerintah jangan hanya menjadikan Natuna sebagai jargon strategis atau promosi wisata belaka, tetapi juga harus hadir memberikan solusi nyata. Kebijakan subsidi atau negosiasi tarif dengan maskapai mutlak dilakukan agar masyarakat tidak terus menjadi korban. (***Hn)