Operasi SAR di Perairan Jemaja Timur Resmi Ditutup, ABK KM Antena Belum Ditemukan

NATUNA, harianmetropolitan.co.id- Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Natuna resmi menghentikan operasi pencarian terhadap seorang Anak Buah Kapal (ABK) KM Antena yang hilang di perairan Kuala Maras, Kecamatan Jemaja Timur, Kabupaten Kepulauan Anambas, Kamis 20 November 2025.

Korban bernama Helmi (28), nelayan asal Muara Sentosa Sei Tualang Raso, Tanjungbalai, Sumatra Utara, dilaporkan hilang sejak Kamis 13 November lalu pada sore hari. Setelah dilakukan operasi selama tujuh hari berturut-turut, tidak ditemukan tanda-tanda keberadaan korban sehingga operasi dihentikan sesuai prosedur standar pencarian.

Tim SAR Gabungan terdiri dari Unit Siaga SAR Jemaja bersama unsur Posal Jemaja, Polsek Jemaja, Koramil Jemaja, Polairud Tarempa, BPBD Jemaja Timur, Dinas Perikanan, HNSI, serta masyarakat setempat. Pencarian dilakukan dengan menyisir wilayah pantai Desa Kuala Maras hingga pulau-pulau di sekitar area, termasuk Pulau Ayam, Penanan, Telaga, kawasan Pelabuhan Kuala Maras hingga Pulau Dayong. Total area operasi mencapai lebih dari 200 mil laut persegi.

Dukungan dari masyarakat juga berdatangan. Sedikitnya empat pompong milik warga turut membantu proses pencarian sejak hari pertama. Namun sepanjang proses, tim menghadapi kendala cuaca buruk, gelombang tinggi, hujan deras, dan petir yang membuat pencarian berlangsung penuh tantangan.

Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Natuna, Abdul Rahman, menyampaikan simpati dan permohonan maaf kepada keluarga korban karena Tim SAR Gabungan belum berhasil menemukan korban.

“Kami telah melakukan seluruh upaya maksimal bersama unsur SAR di Jemaja Timur. Namun hingga pencarian hari ketujuh, belum ditemukan tanda-tanda keberadaan korban. Dengan berat hati operasi kami hentikan dan selanjutnya akan dilakukan pemantauan. Jika ada laporan atau informasi baru, operasi akan kembali dibuka,” ujar Abdul Rahman.

Selain itu, Abdul Rahman kembali mengingatkan pentingnya alat keselamatan bagi para nelayan dan pengguna transportasi laut, terutama memasuki periode cuaca ekstrem.

“Kami mengimbau agar alat keselamatan seperti pelampung tersedia di setiap kapal. Untuk kapal berkapasitas 100 GT ke bawah, kami minta agar selalu memperhatikan informasi resmi BMKG karena wilayah laut utara kini memasuki pergantian musim,” tambahnya.

Dengan dihentikannya operasi resmi ini, pemantauan tetap dilakukan secara pasif oleh unsur SAR dan nelayan di wilayah tersebut. (***Hn)

Bagikan

Recommended For You

About the Author: Redaksi Harian Metropolitan

Exit mobile version