
NATUNA, harianmetropolitan.co.id- Krisis air bersih melanda Kabupaten Natuna hingga kini belum menunjukkan tanda-tanda membaik. Meski berbagai infrastruktur seperti embung dan bendungan telah dibangun di sejumlah lokasi, namun pemanfaatannya masih belum optimal karena berbagai kendala teknis dan anggaran, Kamis 30 Juli 2025.
Salah satu embung yang digadang-gadang menjadi solusi adalah Embung Sebayar. Embung ini sejatinya telah masuk dalam tahap lelang dan kontrak proyek pipa transmisi dari embung menuju wilayah Bukit Berangin, dengan nilai pagu anggaran mencapai Rp17 miliar. Namun, proyek tersebut saat ini terdampak kebijakan efisiensi anggaran secara nasional.
Direktur PDAM Tirta Nusa Natuna, Zaharuddin, mengungkapkan bahwa Bupati Natuna telah melakukan berbagai upaya agar proyek tersebut tetap menjadi prioritas pemerintah pusat.
“Ibu Bupati sudah berupaya maksimal, baik secara lisan maupun melalui surat resmi ke Kementerian terkait agar proyek transmisi pipa dari Embung Sebayar ini bisa segera dilanjutkan. Sebab ini sangat penting untuk menambah pasokan air bersih di wilayah Bukit Berangin dan sekitarnya,” ungkap Zaharuddin.
Sementara itu, terkait bendungan Tapau, Zaharuddin menegaskan bahwa infrastruktur tersebut sejak awal diperuntukkan untuk keperluan irigasi pertanian, bukan untuk air bersih. Meski sempat digunakan secara darurat untuk menyuplai air ke wilayah Air Langit dan Tapau, namun hasilnya tidak maksimal.
“Bendungan Tapau itu bukan untuk air bersih. Pemanfaatannya secara darurat pun sangat terbatas karena airnya butuh pengolahan khusus dan biaya obatnya cukup mahal. Itu sangat berat bagi masyarakat, apalagi mayoritas adalah petani yang juga sedang dalam kondisi sulit,” jelasnya.
Dengan belum optimalnya pemanfaatan embung dan bendungan yang ada, PDAM Natuna berharap pemerintah pusat dapat memberikan perhatian serius terhadap kebutuhan air bersih masyarakat Natuna, terutama di tengah krisis berkepanjangan akibat musim kemarau dan perubahan iklim.
(***Hn)