[OPINI] Transformasi Merdeka Belajar Melalui Platform dan Kurikulum Merdeka

HARIANMETROPOLITAN.co.id- Tahun 2022 adalah tahun ketiga Indonesia dan global menghadapi pandemi Covid-19. Seluruh sektor tak terkecuali sektor pendidikan mengalami kesulitan dan hambatan dalam melaksanakan proses belajar mengajwr hingga saat ini. Dampak learning loss yang terjadi membuat penurunan pada prestasi dan minat belajar siswa. Berbagai program telah dikerahkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk mengatasi krisis pembelajaran salah satunya program Merdeka Belajar.

Pada 11 Februari yang lalu Menteri Nadiem Makariem meluncurkan program Merdeka Belajar episode ke lima belas: Kurikulum Merdeka Belajar dan Platform Merdeka Belajar. Menurut Menteri Nadiem learning loss yang terjadi telah setara dengan 6 bulan belajar, sehingga untuk mengejar ini Kemendikbudristek membuat penyederhanaan kurikulum khusus agar memitigasi ketertinggalan pembelajaran. Tidak hanya sampai disitu kurikulum khusus ini saat ini telah diperbaharui menjadi Kurikulum Merdeka agar semakin menguatkan perubahan rancangan strategi implementasi pembelajaran yang tertinggal dan learning loss pada siswa.

Kurikulum Merdeka

Melalui siaran pers Kemendikbudristek pada 11 Februari yang lalu, terdapat beberapa keunggulan Kurikulum Merdeka. Pertama, dibuat lebih sederhana namun mendalam karena materi pada kurikulum ini akan membahas materi yang esensial saja dan fokus pada pengembangan kompetensi siswa. Pada siswa tingkat SMA tidak ada lagi program peminatan sehingga siswa dapat memilih mata pelajaran sesuai minat, bakat, dan aspirasinya. Guru akan lebih leluasa dalam mengajarkan siswa sesuai tahapan capaian perkembangan siswa.

Kurikulum merdeka juga dianggap lebih relevan dan interaktif karena pembelajaran melalui kegiatan project memberikan kesempatan kepada siswa lebih luas untuk mengeksplorasi isu terkini lebih aktual, misalnya isu kesehatan seperti pada masa pandemi saat ini, isu lingkungan hingga isu lainnya yang dapat mendukung pengembangan karakter siswa.

Baca Juga :   Jangan Petieskan, Kasus Tunjangan Perumahan Dewan

Akan tetapi kurikulum ini adalah kurikulum yang dapat menjadi alternatif bagi sekolah, bukan paksaan dari Kemendikbudristek. Sekolah dapat tidak mentransformasi proses dengan mengikuti kurikulum ini jika belum ada kesiapan secara keseluruhan baik dari kepala sekolah, guru hingga siswa.

Sejatinya kurikulum ini sebenarnya dapat membantu pihak sekolah dibandingkan menggunakan kurikulum 2013 di masa pandemi Covid-19 seperti saat ini. Kurikulum 2013 kurang fleksibel digunakan pada saat pandemi karena materi pembelajaran yang sangat padat hingga jam pelajaran yang cukup tinggi.

Transformasi Kurikulum

Berkaca dari kurikulum 2013, yang perlu diperhatikan adalah materi pembelajaran, durasi jam belajar, serta fokus capaian belajar. Kurikulum yang padat tidak cocok digunakan di masa pandemi sehingga sekolah harus mampu bertransformasi ke kurikulum merdeka yang memiliki jam lebih fleksibel dan materi yang esensial sehingga tidak harus mengejar jam pelajaran yang tinggi.

Kurikulum Merdeka yang diluncurkan bersama dengan Platform Merdeka dijadikan 2 basis untuk membantu learning loss bagi siswa. Platform Merdeka dapat diakses dengan mudah melalui alat komunikasi smartphone yang terhubung dengan jaringan internet.

Sebenarnya kurikulum ini sudah dilaksanakan di beberapa sekolah, diantaranya adalah SMP Negeri 2 Temanggung, Jawa Tengah. Menurut para guru, mereka tidak lagi terbelenggu terhadap kriteria kelulusan minimal (KKM) yang menyulitkan para siswa, guru kini lebih menghargai proses belajar mengajar dengan fokus pada proses pencapaian siswa dalam belajar.

Bagi sekolah lainnya, ini mampu menjadi acuan karena data juga telah menyebutkan bahwa kurikulum merdeka mampu mengurangi learning loss hingga hanya 10% saja. Yang perlu difokuskan jika sekolah dan guru bersiap menerima kurikulum merdeka adalah bagaimana para guru dan infrastruktur sekolah mampu beradaptasi dengan kurikulum merdeka. Sekolah harus memberikan pelatihan kepada guru untuk praktek kurikulum merdeka sehingga tidak ada kesilitan saat diterapkan bersama murid. Kemendikbudristek telah memberikan seluruh tools yang diperlukan oleh sekolah dan guru sehingga hanya perlu belajar dan mempraktekkan secara bertahap.

Baca Juga :   [OPINI] Menilik Keberlimpahan Sumberdaya Perikanan Laut Arafura Yang Menjadi Target Pengusaha Perikanan

Apabila kurikulum merdeka sukses diterapkan, maka hambatan seperti learning loss bukan lagi hal yang sulit untuk diatasi. Melalui kurikulum merdeka secara bertahap learning loss akan mulai berkurang karena materi yang diajarkan adalah materi esensial serta fokus kepada kompetensi siswa. Selain itu bagi guru juga tidak akan ada lagi beban untuk menulis administrasi yang berbelit terhadap laporan mengenai KKM siswa.

PENULIS: ***Asry Almi Kaloko
Koordinator Divisi Komunikasi dan Informasi Lembaga Analisis dan Kajian Kebudayaan Daerah***

Telah dibaca 484 kali

Bagikan

Recommended For You

About the Author: Redaksi Harian Metropolitan