Bupati Lingga Pimpin Upacara HUT ke-77, PGRI Tampilkan Tarian Kreasi

Lingga, harianmetropolitan.co.id – Bupati  Kabupaten Lingga, Muhammad Nizar, memimpin upacara peringatan HUT PGRI dan Hari Guru Nasional ke-77 Tahun, yang berlangsung di Kecamatan Lingga Utara, di lapangan Bola Desa Duara, Dusun ll Kampung Kuit, Senin 28 November 2022.

Peringatan HUT PGRI ke-77 tahun bertema “Serentak Berinovasi, Wujudkan Merdeka Belajar”.

Bupati Lingga, Muhammad Nizar dalam kesempatan itu membacakan pidato Menteri Pendidikan RI, Nadiem Anwar Makarim.

Nizar mengatakan, bawah di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) terus melakukan inovasi, dan mengubah cara pandang dan cara kerja dalam memberikan layanan terbaik bagi pendidik dan peserta didik.

Nizar menyebut, Platform Merdeka Mengajar yang diluncurkan pada awal tahun ini, sepenuhnya dirancang untuk memenuhi kebutuhan guru akan ruang untuk belajar, berkarya, dan berkolaborasi.

“Platform tersebut kami buat berdasarkan kebutuhan yang ada di lapangan, bukan berdasarkan keinginan kami. Ini adalah perubahan besar cara kerja pemerintahan dalam melayani masyarakat,” ungkapnya.

Dalam Platform Merdeka Mengajar, kata Nizar, guru bisa mengakses modul pembelajaran dengan gratis, mengunggah dan membagikan konten-konten praktik baik pembelajaran, dan terkoneksi dengan rekan sesama guru dari daerah lain. Guru di Aceh sekarang bisa belajar dari guru di Papua. Guru di Kalimantan bisa menginspirasi guru-guru yang ada di Jawa.

“Saya berterima kasih kepada lebih dari 1,6 juta pengguna Platform Merdeka Mengajar, yakni para guru yang mau mencoba hal-hal baru, yang tidak takut untuk berinovasi, yang sadar dan paham bahwa sudah tiba waktunya untuk bertransformasi,” ucap Nizar.

Sebagaimana diketahui, usai upacara sebagai tuan rumah dari PGRI Lingga Utara menampilkan tarian kreasi atau tari kolosal di depan bupati Lingga serta tamu undangan sehingga suasana menjadi meriah.

Baca Juga :   Bupati Asahan Akan Dapat Penghargaan Tokoh Peduli Pendidikan dari Kopertais Wilayah IX Sumatera Utara

Penampilan para guru SD, SMP, SMA Lingga Utara dan anak pelajar SMP dan SMA begitu kompak.

Tema yang diangkat oleh penata tari, Boy Andika ini memperlihatkan tarian dengan keberagaman suku dan agama di Pancur, Lingga Utara.

Lebih lanjut kata Boy, tarian kolosal ini menggambarkan kebiasaan masyarakat di Kelurahan Pancur, yang mana hidup di wilayah pesisir Lingga, suku laut dan kebiasaan masyarakat Nelayan juga dipadukan dalam tarian ini, dengan alat peraga yang ditampilkan.

Toleransi yang sangat baik di tengah-tengah masyarakat Kelurahan Pancur, membuat tarian ini tercipta.

“Kami membawa konsep itu dijadikan satu, di mana beberapa suku seperti Melayu, Bugis, Cina dan yang lainnya kami jadikan satu kesatuan dalam garapan tari. Tapi lebih menonjol kemelayu” kata Boy.

Dalam tarian ini juga menampilkan penari memperagakan aksi yang mirip barongsai dengan menyelaraskan musik yang dipakai.

Dengan situasi lapangan yang tampak becek karena air hujan, namun tak menghambat pergerakan penari ini.

“Penari mempunyai semangat yang tinggi, cuma kesulitan latihan karena faktor cuaca aja, karena kemarin sempat hujan,’ tuturnya.

“Tapi karena semangat yang tinggi, hujan-hujan pun mereka tetap latihan dengan menggunakan mantel hujan,” sambungnya. (Hendra)

Telah dibaca 89 kali

Bagikan

Recommended For You

About the Author: Redaksi Harian Metropolitan